Pekanbaru – Kasus perundungan kembali mencuat di dunia pendidikan Indonesia. Kali ini, seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru, Riau, menjadi korban tindak kekerasan sesama pelajar hingga mengalami luka serius. Berdasarkan keterangan keluarga, korban dipukuli oleh sejumlah temannya, yang mengakibatkan tulang rusuk patah dan memar di beberapa bagian tubuh.
Kronologi Kejadian
Peristiwa ini terjadi pada awal pekan lalu di lingkungan sekolah. Korban yang berusia 16 tahun awalnya diminta untuk menemui sekelompok siswa senior di sebuah ruangan kosong. Situasi yang seharusnya bersifat pembicaraan justru berubah menjadi tindak kekerasan.
Menurut saksi mata, korban dipukul berulang kali menggunakan tangan kosong dan ditendang di bagian dada serta perut. Akibatnya, korban kesakitan hebat dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan adanya patah tulang rusuk (tulang hidup) serta trauma fisik yang cukup serius.
Respons Sekolah dan Aparat Hukum
Pihak sekolah langsung mengambil langkah cepat dengan melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru serta kepolisian. Saat ini, polisi telah memanggil beberapa siswa yang diduga terlibat untuk dimintai keterangan.
Kepala sekolah menyatakan bahwa pihaknya sangat menyesalkan kejadian ini dan berjanji akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku, termasuk kemungkinan dikeluarkan dari sekolah jika terbukti bersalah.
“Kami tidak akan menoleransi tindakan kekerasan dan perundungan dalam bentuk apa pun. Sekolah adalah tempat menimba ilmu, bukan tempat mencederai teman sendiri,” tegasnya.
Dampak Psikologis pada Korban
Selain luka fisik, korban juga mengalami trauma psikologis. Psikolog anak menilai kasus perundungan semacam ini dapat meninggalkan dampak jangka panjang, seperti rasa takut bersekolah, menurunnya kepercayaan diri, hingga depresi.
Keluarga korban berharap agar kasus ini tidak hanya berhenti pada proses hukum, tetapi juga menjadi pelajaran serius bagi seluruh pihak, khususnya sekolah, guru, dan orang tua, baca selengkapnya di sini:
● https://gribjayapekanbaru.org/hukum/siswa-sma-di-pekanbaru-jadi-korban-perundungan-dipukuli-tulang-hidup-patah/
● https://gribjayacibinong.org/hukum/gegara-salah-paham-di-jalanan-bang-jago-cibinong-kini-di-balik-jeruji/
● https://gribjayariau.org/ekonomi/akses-sumbar-riau-kembali-normal-usai-lumpuh-karena-longsor-di-kelok-9/
● https://gribjayagarut.org/hukum/ironi-di-balik-kasus-ratusan-pelajar-garut-keracunan-mbg/
● https://gribjayacianjur.org/hukum/2-nelayan-cianjur-ditemukan-tewas-usai-kapalnya-terbalik-dihantam-ombak/
Perundungan, Masalah Serius Pendidikan Indonesia
Kasus di Pekanbaru ini menambah daftar panjang perundungan di dunia pendidikan Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebelumnya mencatat bahwa kasus kekerasan antarsiswa masih tinggi, bahkan sebagian besar tidak dilaporkan secara resmi.
Perundungan dapat berdampak fatal bagi perkembangan anak. Selain mengancam keselamatan fisik, korban juga bisa mengalami trauma mendalam yang memengaruhi masa depan mereka. Oleh karena itu, pencegahan harus dilakukan melalui edukasi anti-bullying, pengawasan ketat, dan penegakan aturan disiplin.